Liputan Indonesia || Nasional, - Imbas kasus Ferdy Sambo, serta sederet sandiwara hukum, dan kasus suap bahkan pungli, Penyebab makin buruknya kinerja Polri membuat nama baik kepolisian republik Indonesia terpuruk dan tidak lagi bisa dipercayai oleh masyarakat, hal ini sangat jauh dari kata profesional sebagai institusi yang memegang amanah hukum dari rakyat.
Penulis : Hanif Panutury/one
![]() |
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Getty Images) |
Lalu sejumlah masyarakat mengutip candaan Gus Dur soal '3 polisi jujur'. Humor itu memang satire. Dulu humor itu sempat bikin seorang warga dipanggil polisi dan menuai kontroversi. Arti candaan yang sangat bermakna serta menyindir kinerja Polri, yaitu ada 3 Polisi yang Jujur dan menjaga nama baik kepolisian republik Indonesia (Polri).
1. Patung Polisi
2. Polisi Tidur
3. Polisi Hoegeng
Dan yang ketiga ini teringat kejujuran seorang polisi sangat sederhana, jujur, dan bertanggung jawab serta low profil.
Namun, humor hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia, yakni patung polisi, polisi tidur dan Kapolri ke-5 Jenderal (Purn) Hoegeng Imam Santoso melegitimasi bahwa sangat sulit untuk mencari polisi jujur di Indonesia.
Ucapan tersebut juga pernah di lontarkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. "Munculnya humor tentang "cuma ada 3 Polisi jujur di Indonesia yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng" seakan telah melegitimasi bahwa sangat sulit mencari Polisi jujur & berintegritas di negeri kita," kata Listyo Sigit dalam unggahan tersebut sebagaimana dikutip pada Jumat (5/11/2021). dikutip dari Tribunnews.com.
Masa dulu tahun 1968, membuat kita sebagai masyarakat membandingkan dengan sosok Polisi Hoegeng yang terkenal dengan kejujuran dan bertanggung jawab dalam menjaga nama baik diri serta institusi Polri.
Seperti dikutip dari official website djkn.kemenkeu.go.id Jenderal Hoegeng adalah satu teladan dan tokoh yang terkenal jujur dan anti korupsi. Beliau merupakan salah satu tokoh Kepolisian Republik Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari tahun 1968-1971. Berbeda dengan polisi lainnya di masa itu, Hoegeng tidak mempan disuap. Baginya, lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap atau korupsi. Inilah beberapa kisah dan kiprah Jenderal Hoegeng sejak merintis karier sebagai polisi hingga berpuncak pada karier sebagai Kapolri:
1. Larang istri buka toko bunga
Saat dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Hoegeng meminta istrinya yang saat itu membuka usaha toko bunga untuk menutup usahanya. Hal ini dilakukannya untuk mengurangi benturan kepentingan antara pihak yang berurusan dengan imigrasi dengan memesan kembang pada toko bunga istrinya.
2. Tolak rayuan pengusaha
Kapolri Hoegeng pun pernah merasakan godaan suap. Dia pernah dirayu seorang pengusaha yang terlibat kasus penyelundupan. Pengusaha itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan. Jenderal Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya. Pengusaha tersebut berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng.
3. Mengatur lalu lintas di perempatan
Teladan Jenderal Hoegeng bukan hanya soal kejujuran dan antikorupsi. Hoegeng juga sangat peduli pada masyarakat dan anak buahnya. Saat sudah menjadi Kapolri dengan pangkat Jenderal berbintang empat, Hoegeng masih turun tangan mengatur lalu lintas di perempatan. Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya adalah mengayomi masyarakat.
4. Berantas semua beking kejahatan
Pada saat mendapat perintah pindah tugas ke Sumatera Utara tahun 1955, Hoegeng mendapat tugas berat untuk memberantas penyeludupan dan perjudian di daerah tersebut. Ironisnya, baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya. Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha. Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia. Bahkan saat rumah dinasnya sudah tersedia, rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Apa tindakan Hoegeng? Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya. Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.
5. Selalu berpesan polisi jangan sampai dibeli
Hoegeng telah membuktikan dirinya memang tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira polisi di Sumatera Utara, Hoegeng terkenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi menerima suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar rumah. Kata-kata mutiara yang terkenal dari Hoegeng adalah, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik."
Penulis : Hanif Panutury/one
Baca juga:
"Berita Terbaru Lainnya"
"Berita Terbaru Lainnya"
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar