Liputan Indonesia || Sudan, - Sebuah pernyataan bersama Amerika Serikat-Saudi menyambut baik dimulainya "pembicaraan pra-negosiasi" di Jeddah antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pada hari Jumat (05/05), banyak laporan menyebutkan bahwa pertempuran terus berlanjut di Khartoum.
Militer Sudan mengatakan pembicaraan tersebut bertujuan mengatasi masalah kemanusiaan.
Belum ada komentar resmi dari RSF.
Militer mengonfirmasi bahwa mereka telah mengirim utusan ke Jeddah untuk terlibat dalam pembicaraan, yang pelaksanaannya telah didesak oleh PBB dan lembaga-lembaga bantuan, di hadapan krisis kemanusiaan yang parah di Sudan.
Hampir tiga minggu pertempuran sengit telah menewaskan ratusan orang dan membuat hampir 450.000 warga sipil mengungsi. Dari jumlah itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, lebih dari 115.000 orang telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Sedang terjadi perebutan kekuasaan di Sudan antara komandan militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan - presiden de facto Sudan - dengan pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, alias Hemedti.
Pernyataan dari pemerintah AS dan Saudi mengatakan bahwa mereka "mendesak kedua belah pihak untuk mempertimbangkan kepentingan bangsa Sudan dan rakyatnya serta secara aktif terlibat dalam pembicaraan menuju gencatan senjata dan mengakhiri konflik, yang akan menyelamatkan rakyat Sudan dari penderitaan serta memastikan ketersediaan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terdampak".
Pernyataan bersama itu juga mengungkapkan harapan untuk "perluasan proses negosiasi yang seharusnya mencakup keterlibatan dengan semua pihak di Sudan".
Seorang juru bicara UNICEF, James Elder, mengatakan 11 hari pertama konflik saja telah menewaskan sekitar 190 anak-anak dan melukai 1.700 — dan angka-angka tersebut baru dari fasilitas kesehatan di Khartoum dan Darfur. "Angka sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih buruk," katanya.
Intensitas pertempuran telah menghambat pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat.
Sejauh ini Jenderal Burhan dan Hemedti, yang memimpin milisi Arab dalam konflik Darfur yang brutal, belum menunjukkan kesiapan untuk mencapai penyelesaian damai.
Penulis : red
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar