Kisah dua perempuan yang membekukan sel telurnya demi 'kesempatan punya anak di masa depan'

Lucia Purnama memutuskan untuk menjalani program pembekuan sel telur karena usianya sudah 36 tahun tapi dia belum menikah.
Lucia Purnama memutuskan untuk menjalani program pembekuan sel telur karena usianya sudah 36 tahun tapi dia belum menikah.

Dua perempuan, Lucia Purnama dan Priscilla Ketzia, memutuskan untuk membekukan sel telur mereka, dengan alasan yang sama sekali berbeda.

Liputan Indonesia || Nasional, - Kalau biasanya pembekuan sel telur dilakukan untuk menunda kehamilan, Lucia dan Priscilla memilih membekukan sel telurnya karena keterbatasan yang mereka miliki. 

Pandemi Covid-19 dan segala ketidakpastian yang ditimbulkannya membuat Lucia Purnama khawatir tidak bisa punya anak.

Bagaimana tidak, sejak 2020 lalu rencana pernikahannya terus tertunda akibat segala pembatasan yang diberlakukan pemerintah dan pada 2021 ayahnya meninggal dunia karena Covid-19. 

Tahun ini, usia Lucia genap 36 tahun. Secara ilmiah, semakin tua usia seorang perempuan, semakin kecil kesempatannya untuk memiliki anak karena jumlah dan kualitas sel telurnya menurun. 

Berdasarkan penelitian medis setelah usia 35 tahun, kesuburan perempuan akan terus berkurang setiap tahunnya, tak peduli apakah perempuan itu sehat atau tidak.

Lucia paham betul soal itu karena dia adalah seorang dokter. Oleh sebab itu Lucia memilih membekukan sel telurnya.

“Kan belum tahu kapan pandemi selesai, jadi ada sedikit kekhawatiran. Kalau umur saya terus bertambah, sedangkan saya masih belum benar-benar pasti mau menikah, jadinya kan harus menyelamatkan dulu nih sel telurnya,” kata Lucia kepada BBC News Indonesia. 

Sebenarnya Lucia berencana menikah tahun ini. Namun, mengingat situasi masih pandemi dan segala kemungkinan tak terduga bisa saja terjadi, dia tetap memilih membekukan sel telurnya. 

“Karena nanti takutnya, ini saja kasus (positif Covid) naik lagi. Cuma setidaknya ada dulu lah cadangan sel telur saya yang suatu hari kemungkinan saya susah hamil karena usia bertambah terus, ya sudah saya pakai ini,” ujar Lucia, yang mendapat dukungan penuh dari pasangannya untuk menjalani program tersebut.

Perempuan yang bekerja sebagai dokter umum di sebuah klinik di kawasan Jakarta Pusat itu ingin sekali memiliki anak karena bagi dia, memiliki anak adalah kodrat seorang perempuan.

Oleh sebab itu, dia mau berusaha dan berjuang, agar ke depannya ‘masih punya kesempatan’ untuk mempunyai anak.

Lucia pun mengimbau para perempuan yang ingin sekali punya anak untuk memeriksakan kondisinya ke dokter demi mengetahui apakah kondisi tubuh benar-benar memungkinkan untuk memiliki anak.

Pasalnya, meskipun seorang perempuan dalam kondisi sehat, belum tentu juga tubuhnya berada dalam kondisi normal sehingga bisa dengan mudah memiliki anak.

“Saya juga banyak dapat info, saat saya melakukan tindakan, dokter dan perawatnya bilang, bukan berarti karena saya umur segini, cadangan sel telurnya baru berkurang dan menjadi lebih sedikit. Ternyata sekarang banyak sekali perempuan yang usianya masih sangat muda, bahkan cadangan sel telurnya lebih sedikit dari saya,” kata Lucia.

pembekuan sel telur

SUMBER GAMBAR,TRI WAHYUNI/BBC INDONESIA

Keterangan gambar,

Tempat penyimpanan sel telur di Klinik Bocah Indonesia, Tangerang, Banten.

Maka dari itu, dia mengajak para perempuan yang sudah memasuki usia 20 tahun atau usia-usia produktif untuk memeriksakan kondisi sel telurnya ke dokter spesialis, sehingga ketika ditemukan masalah, solusinya bisa dicari tahu sejak awal. Cek jumlah cadangan sel telur bisa dilakukan dengan tes darah.

“Jangan sampai setelah menikah, terus belum juga punya anak, tapi sudah kelewatan lebih dari 2 tahun, lebih dari 3 tahun, tapi enggak ada upaya sama sekali untuk cek, itu malah sayang. Padahal kemungkinan punya anak masih bisa, bahkan dengan orang yang memiliki gangguan kesehatan reproduksi,” ujar Lucia.

Cadangan sel telur dalam kondisi kritis

Priscilla Ketzia baru berusia 21 tahun ketika dia menjalani proses pembekuan sel telur di sebuah klinik fertilitas di Tangerang. Dia sadar keputusannya itu ‘bukan pilihan wajar’ untuk perempuan seusianya, tapi keadaan memaksanya untuk segera bertindak.

Bahkan keadaannya kala itu membuat dia harus menjalani prosedur pembekuan sel telur sebanyak dua kali.

“Ini salah satu cara yang masih bisa memberikan kesempatan untuk saya (punya anak) di masa depan,” kata Priscilla kepada BBC News Indonesia.

Semuanya bermula ketika orang tua Priscilla khawatir karena anaknya mengalami jadwal menstruasi yang tidak teratur, bahkan sejak umur 12-13 tahun, ketika dia pertama kali mengalami siklus bulanan itu.

Umumnya, siklus menstruasi terjadi setelah 25-28 hari, tapi dalam kasus Priscilla, siklus menstruasinya terjadi dalam 2-3 bulan sekali.

Setelah mengunjungi beberapa dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau obgyn, akhirnya diketahui bahwa Priscilla memiliki kadar AMH (Anti-Mullerian Hormone) yang rendah. AMH adalah hormon yang diproduksi di dalam ovarium.

Ketika kadar AMH dinyatakan rendah, hal itu menunjukkan cadangan ovarium yang sedikit, yang berarti juga jumlah sel telur yang sedikit.

Dengan kondisi itu, menurut dokter, kesempatan Priscilla untuk hamil akan lebih kecil.

pembekuan sel telur

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Sejak umur 12-13 tahun, siklus menstruasi Priscilla tidak normal, yaitu 2-3 bulan sekali.

Saat mendapatkan diagnosa itu, Priscilla belum menganggap itu sebagai sebuah alarm karena usianya masih terlalu muda dan belum terpikir untuk menikah.

Baru pada 2020, ketika dia kembali memeriksa AMH-nya, dia mulai memikirkan kondisinya.

AMH Priscilla waktu itu, dinyatakan dokter, sudah memasuki angka kritis atau sudah bisa digolongkan masuk kondisi tidak subur. Inilah yang membuatnya memutuskan untuk membekukan sel telurnya.

“Saya tahu [bahwa] saya mau menikah agak tua, target nikahnya mendekati 30 [tahun] lah. Itulah alasannya kenapa dokter menyarankan egg freezing karena dengan AMH segitu, saat saya 30 hampir nihil kesempatan punya anaknya,” kata perempuan yang kini bekerja di Austria itu.

‘Prosesnya lebih enggak enak secara mental’

Proses pembekuan sel telur diawali dengan beberapa kali suntik hormon untuk menghasilkan sel telur dengan jumlah dan ukuran terbaik, sampai sel terlur dinyatakan matang.

Setelah itu baru diakhiri dengan pengambilan sel telur dengan tindakan operasi, yang diteruskan dengan menyimpan sel telur di laboratorium untuk diawetkan dan dibekukan.

Priscilla terpaksa menjalani proses itu sampai dua kali. Penyebabnya di ‘ronde pertama’ jumlah sel telur yang didapatkan belum mencukupi. Baru pada ‘ronde kedua’ Priscilla memproduksi lebih banyak sel telur.

Meski harus menjalani prosedur sampai dua kali dan merasakan efek samping dari suntik hormon— yang membuat perutnya kembung—, Priscilla mengungkapkan prosesnya tidak menyakitkan secara fisik, melainkan berat secara mental.

“Yang bikin nangis saat prosesnya itu, seperti merasa dilihat orang, di-judge. Ke klinik, di mana semuanya itu pasangan dan pastinya kamu dilihatin. Kamu masih muda, kamu sendiri, terus semua pasien dipanggil 'bunda', itu menjadi beban mental,” kata Priscilla menceritakan kegundahannya saat itu.

Stigma yang ditempelkan pada perempuan yang mendatangi dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau dokter kandungan menjadi alasan yang memberatkan Priscilla untuk memutuskan melakukan prosedur pembekuan sel telur.

Ditambah lagi, sebut Priscilla, kala itu belum banyak orang mengetahui teknologi tersebut.

pembekuan sel telur

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Di Indonesia, pembekuan sel telur hanya bisa dilakukan jika ada alasan medis.

Tren pembekuan sel telur di Indonesia

Sebelum ramai dibahas di media karena artis Luna Maya mengaku sudah menjalani prosedurnya, pembekuan sel telur sudah dilakukan sejak lama.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di klinik fertilitas Bocah Indonesia, Dr. Cynthia Agnes Susanto, mengatakan sekitar 2010-an, pembekuan sel telur sudah dilakukan, tapi hanya pada orang-orang yang mengidap kanker dan akan menjalani kemoterapi.

“Kalau kemoterapi, cadangan sel telur itu akan anjlok, seanjlok-anjloknya. Agar tidak anjlok, bisa saja dilakukan pembekuan sel telur,” kata Cynthia.

Dia menambahkan, seiring perkembangan dunia medis dan informasi, pembekuan sel telur mulai dilakukan di luar kepentingan kemoterapi.

Namun, Cynthia menekankan, harus ada indikasi medis sebelum melakukannya, seperti yang dialami Priscilla atau saat umur seorang perempuan memasuki usia 30 tahun.

“Umur itu termasuk indikasi medis karena dengan bertambahnya usia seseorang perempuan, kesempatan hamilnya akan turun,” ujar dia.

Berapa biaya dan peluang kehamilannya?

Priscilla dan Lucia terbilang beruntung karena mereka bisa melakukan pembekuan sel telur yang biayanya terbilang mahal.

Untuk menjalani prosedur pembekuan sel telur, seseorang membutuhkan biaya sekitar Rp70-100 juta, itu pun tergantung klinik atau rumah sakitnya.

Belum lagi biaya bulanan yang berkisar ratusan ribu rupiah.

Dengan biaya yang terbilang mahal, hampir setara dengan harga prosedur bayi tabung, lantas sebesar apa peluang hamilnya?

Dr. Cynthia mengatakan tingkat keberhasilan ketika sel telur yang sudah dibekukan itu dilelehkan dan akan dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu proses pembuahan seperti pada prosedur bayi tabung, persentasenya berkisar antara 70-75%.

“Tidak akan setinggi embrio [dalam proses bayi tabung] memang. Jadi, dari 10 [sel telur] yang nanti akan survive hanya tujuh,” Cynthia menjelaskan.

pembekuan sel telur

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Sel telur yang sudah dibekukan itu dilelehkan dan akan dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu proses pembuahan seperti pada prosedur bayi tabung.

Sel telur yang bertahan adalah sel telur dengan kualitas yang baik. Sayangnya, kualitas sel telur baru bisa dilihat ketika sel telur dikeluarkan dari tubuh dan proses pematangan sel telur dengan suntik hormon hanya sampai pada tahap memperbanyak saja, bukan menambah kualitasnya.

Sebagai orang yang sudah menjalani program pembekuan sel telur, baik Lucia maupun Priscilla mengaku pasrah dengan keberhasilan program pembekuan sel telur yang mereka jalani.

Keduanya menyerahkan semua keputusan kepada Tuhan karena - menurut mereka - setidaknya mereka berdua sudah berusaha.

Meskipun Priscilla sendiri belum tahu pasti seberapa besar keinginannya untuk memiliki anak.

“Mumpung ada kesempatan, ada solusi yang bisa diambil sekarang, jadi kalau sewaktu-waktu aku punya pengin punya anak, akan lebih aman,” kata Priscilla.

“Kalau saya masih bisa ikhtiar, masih bisa mengusahakan ini kenapa enggak. Selagi masih dikasih kesempatan, dikasih usia, dikasih berkah juga untuk bisa melakukan tindakan ini.

"Tapi kalau ujung-ujungnya memang benar-benar bukan jalannya saya, ya sudah mau bagaimana? Ya berusaha saja, tapi tetap Tuhan yang menentukan,” ujar Lucia.


Penulis : one
Source: BBC Indonesia


Media Liputan Indonesia

DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers


HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK


Kirim via:

WhatsApps / SMS:
08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com

PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.



Komentar


Berita lainnya:




toko online zeirshopee

#LIPUTAN_TERKAIT$type=carousel

Nama

#Berita Viral,7,#BeritaViral,579,#MafiaTanah,10,#Mudik2023,19,#Mudik2024,2,#Pemilu2024,51,#UMKM,1,Advertorial,419,antisipasi,7,Apel,1,bahan pangan,1,BAIS,5,Bakti sosial,14,Banjir,1,Banjir susulan,1,bansos,5,bantuan,1,bencana,4,bencana Alam,3,berbagai,1,Berbagi,5,Beri Taliasih,1,Berita Terkin,1,Berita Terkini,895,Berita Utama,2949,Berita warga,1,Berita-Terkini,3783,BIN,11,bisnis,3,BNNK,16,BNNP,10,BPBD,1,BPN,4,BRI,1,Bukber,2,Capres 2024,28,Ciptakan,1,Covid-19,131,Curanmor,1,daera,1,daerah,1,Deklarasi,2,demonstrasi,2,Destinasi-Wisata,70,Dewan Pers,8,Dinkes,1,distribusi,1,egional,1,EkoBis,440,ekonomi,7,Ekonomi -bisnis,5,ekonomi bisnis,2,evakuasi,2,evaluasi,2,fasilitas,4,Galeri-foto-video,172,Gaya-Hidup,122,Hak Jawab,4,Hoax / Fakta,5,Hobby,75,HuKri,3,HuKrim,2193,hukum,34,hukum Polri,25,identitas,1,index,2,Info Haji,21,Inovasi,1,insiden,2,Internasional,381,Internet,93,islami,4,Jum'at Curhat,1,Kamtibmas,1,Kebijakan,2,Kemenkes,1,kenaikan pajak,1,Kesehatan,551,Kicau Mania,29,kontroversi,1,Korupsi,8,KPK,24,Kuliner,20,Kunjungan,1,Laporan Masyarakat,14,Laporan-Masyarakat,457,Lindo-TV,133,Liputan Haji Indonesia,7,Liputan-Investigasi,393,Lowongan Kerja,4,mahasiswa,1,masyarakat,1,Melek-Hukum,87,Melepas Limed,1,Miras,1,Nasional,1945,nasional hukum,1,nasional regional,1,Negara,1,Nobar,1,Nobar film,1,Olahraga,121,Online,1,operasi,3,operasi Semeru,1,Opini Rakyat,161,organisasi,2,Otomotif,12,patroli,3,peduli sosial,3,Pelayanan,1,Pemalsuan,1,Pemerinta,4,Pemerintah,1885,Pemerintah Regional,2,pemerintahan,1,Pemilu 2024,95,pencurian,1,Pendidikan,152,penduduk,1,penertiban PKL,1,Pengaduan,1,pengarahan,1,pengawalan,1,penghargaan,2,pengukuhan,1,penimbunan,1,penipuan,2,Peristiwa,704,PERS,31,Pilpres 2024,32,Politik,786,politisi,2,POLR,3,POLRI,2907,Polri Regional,3,Pungli,50,Ranmor,1,Regiona,3,Regiona l,1,Regional,6931,Regional Hukrim,4,regional Nasional,1,Regional pemerintah,5,Regional peristiwa,1,Relawan,2,Religi,328,santunan,1,Santuni Anak Yatim,2,Satgas,1,Satkamling,1,Sejarah,63,Selebritis,80,Seni-Budaya,101,senirgitas,1,sertifikat,1,ShowBiz,109,Sidokkes,1,Situasi Kondusif,1,sosial,6,Sukseskan Posyandu,1,Tauziah,2,Tebar kebaikan,1,Technology,145,Tips-Trick,122,TNI,806,TNI Al,6,TNI AU,2,TNI-Polri,50,tokoh agama,3,Tokoh masyarakat,6,UMKM,1,upacara,1,Wisata,1,wujud kepedulian,1,
ltr
item
Berita Utama, Informasi Terbaru, Kabar Terkini, Indonesia dan Dunia: Kisah dua perempuan yang membekukan sel telurnya demi 'kesempatan punya anak di masa depan'
Kisah dua perempuan yang membekukan sel telurnya demi 'kesempatan punya anak di masa depan'
Liputan Indonesia, Dua perempuan, Lucia Purnama dan Priscilla Ketzia, memutuskan membekukan sel telur mereka, dengan alasan yang sama sekali berbeda.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYvE8Eayi2vqQAfBGYRiwmT-_0aADIpR0IcT_RDAGykIpMLC5W8klfazxkT9BdoLuwM9E7eaBpJyYM9tFUPYvsdD4t7vk4O-78uTDbK6BOrwgTA6ftLlSGASz-lPzbHgYltHJP3riV0MFvGnqI-tYaz1hFSu1zuc4QUGWSsRY_FnU3KIy94UE3sYRh5A/w640-h360/Kisah%20dua%20perempuan%20yang%20membekukan%20sel%20telurnya%20demi%20'kesempatan%20punya%20anak%20di%20masa%20depan'.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYvE8Eayi2vqQAfBGYRiwmT-_0aADIpR0IcT_RDAGykIpMLC5W8klfazxkT9BdoLuwM9E7eaBpJyYM9tFUPYvsdD4t7vk4O-78uTDbK6BOrwgTA6ftLlSGASz-lPzbHgYltHJP3riV0MFvGnqI-tYaz1hFSu1zuc4QUGWSsRY_FnU3KIy94UE3sYRh5A/s72-w640-c-h360/Kisah%20dua%20perempuan%20yang%20membekukan%20sel%20telurnya%20demi%20'kesempatan%20punya%20anak%20di%20masa%20depan'.jpg
Berita Utama, Informasi Terbaru, Kabar Terkini, Indonesia dan Dunia
https://www.liputanindonesia.co.id/2022/08/kisah-dua-perempuan-yang-membekukan-sel.html
https://www.liputanindonesia.co.id/
https://www.liputanindonesia.co.id/
https://www.liputanindonesia.co.id/2022/08/kisah-dua-perempuan-yang-membekukan-sel.html
true
2214155929705458232
UTF-8
Buka semua Berita BERITA TIDAK ADA BUKA SEMUA BACA JUGA BALAS Cancel saja HAPUS Penulis NEWS HALAMAN ARTIKEL BUKA SEMUA Penting Dibaca.. BERITA UTAMA Arsip CARI SEMUA BERITA YANG KAMU CARI TIDAK ADA BRO.. Kembali saja.. Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content