Pekerja medis menggunakan alat pelindung diri di ruang isolasi di Rumah Sakit Zainal Abidin di Banda Aceh. |
Dalam waktu dua hari, jumlah kasus baru positif corona meningkat tajam, sebanyak 21 orang tambahan dinyatakan terjangkit. Pemerintah mengumumkan seorang pasien meninggal pada Rabu(11/3) dan masih menelusuri seorang pasien yang diduga tertular melalui "local transmission'.
Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, mengonfirmasi meninggalnya seorang pasien positif Corona yang tengah dirawat pada Rabu (11/03). Pasien tersebut merupakan warga negara asing, berjenis kelamin perempuan, dan berusia 53 tahun.
Pemerintah menyatakan pasien itu masuk rumah sakit sudah 'dalam kondisi sakit berat karena ada faktor penyakit yang mendahului. Diabetes, hipertensi, hipertiroid, penyakit paru obstruksi menahun'.
"Pasien ini masuk di RS sudah dalam keadaan sakit berat. Karena memang ada faktor penyakit mendahului. Di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita," jelas Yuri.
Achmad Yurianto menambahkan 'kedutaan besar negara terkait sudah mengetahui sejak awal' dan saat ini jenazah tengah dalam proses pemulangan ke negaranya.
Indonesia masih rawat 26 orang pasien termasuk pasien dengan dugaan 'local transmission'
Hingga Rabu (11/03), Indonesia masih merawat 26 orang pasien terjangkit virus corona.
Dari 26 orang pasien ini, 11 orang di antaranya merupakan pasien dari kluster "dansa" atau yang disebut pemerintah sebagai 'kluster Jakarta'. Sementara 13 orang pasien merupakan mereka yang baru pulang bepergian dari luar negeri atau disebut pemerintah sebagai kasus 'impor' alias tertular dari luar negeri.
Salah seorang dari pasien kasus 'impor' ini, pria usia 50 tahun dinyatakan sudah negatif virus corona setelah dua kali tes.
Satu orang pasien lainnya adalah anak buah kapal Diamond Princess yang dipulangkan dari Jepang dan per Rabu (11/03) dinyatakan juga sudah negatif virus corona. Mereka dalam proses rencana pemulangan.
Sedangkan pasien terakhir, menurut Achmad Yurianto-juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona-, diduga tertular virus corona melalui 'local transmission'. Tim penyelidik masih menelusuri dari mana pasien berjenis kelamin pria dengan usia 23 tahun ini terjangkit corona.
Dua orang pertama yang terkena virus corona, dengan nama resmi Covid-19, adalah warga yang tinggal di Depok, Jawa Barat dan beraktivitas di sebuah klub dansa yang diikuti puluhan orang dengan berbagai kewarganegaraan. Pasien pertama tertular dari seorang warga negara Jepang yang ikut dalam klub dansa itu dan dinyatakan positif corona setelah keluar dari Indonesia.
Dua orang warga Indonesia mengenakan masker di Stasiun Kereta Api Bandung, 5 Maret 2020.
Hingga Rabu (11/03) kasus virus corona secara global telah mencapai lebih dari 110.000 kasus, dengan kematian lebih dari 4.000 orang.
Sebagian besar kasus terjadi di Hubei, China, provinsi tempat wabah bermula.
Data yang dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan laporan media menunjukkan tingkat kematian di China terus melambat.
Tiga negara yang dengan kasus terbanyak adalah Korea Selatan, Iran, dan Italia.
Indonesia melarang pendatang dari tiga negara ini untuk masuk atau transit, terhitung mulai Minggu (08/03).
Bagaimana gejala Covid-19
Di tengah penyebaran yang meluas ini, bagaimana kita tahu bahwa kita tertular virus ini?
Gejala Covid-19 mirip seperti gejala flu ataupun pilek.
Pada mulanya, penderita merasa seperti demam dan kemudin diikuti dengan batuk kering.
Setelah satu minggu, pasien akan mengalami tersengal-sengal.
Masa inkubasi - antara penularan dan menunjukkan gejala - adalah sekitar 14 hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun sejumlah peneliti mengatakan periode ini dapat memakan waktu 24 hari.
Ilmuwan China mengatakan sejumlah orang mungkin tertular sebelum menunjukkan gejala.
Berdasarkan data dari 44.000 pasien yang terkena virus corona, menurut WHO:
- 81% mengalami gejala ringan
- 14% mengalami gejala parah
- 5% mengalami sakit parah
- Antara 1% dan 2% meninggal karena penyakit ini
Sampai awal Maret, Indonesia baru memeriksa lebih dari 150 sampel pasien yang diduga terkena Covid-19 yang bepergian ke negara yang terkena. Sementara Malaysia telah memeriksa lebih dari 2.200.
Pada minggu terakhir Januari lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pihaknya menetapkan siaga satu terhadap virus corona untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari China tersebut masuk ke Indonesia.
Saat itu Terawan menjelaskan pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.
Kemenkes, kata Terawan, juga telah mengaktifkan 100 rumah sakit rujukan Flu Burung bagi masyarakat yang terduga atau terinfeksi virus corona jenis baru, yang juga dikenal dengan nama 2019-nCoV, bisa menular dari manusia ke manusia.
Di saat virus corona mulai merebak cepat pada minggu terakhir Januari lalu, kami menurunkan berbagai pertanyaan di seputar wabah, termasuk penyebaran dan apakah yang terkena dapat disembuhkan.
Apakah virus corona dan bagaimana penyebarannya?
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menjelaskan bahwa 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Bedanya dengan virus lain, ujar Diah, virus corona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Menurut Diah, virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan Pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh virus dan berbagai mikroorganisme lain, seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.
"Pertukaran oksigen tidak bisa terjadi sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan. Itulah mengapa virus ini berat karena bukan lagi hanya menyebabkan flu atau influensa tapi dia menyebabkan Pneumonia," kata Diah saat dihubungi BBC Indonesia.
Diah melanjutkan proses penyebaran virus ini melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung dan mulut sehingga masuk dalam saluran pernafasan.
Virus ini masuk melalui saluran nafas atas, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.
"Sebenarnya belum 100 persen. Tapi dilihat dari sekian ratus kasus yang dipelajari, dan sifat dasar virus, maka inkubasi virus ini dua sampai 14 hari. Itu mengapa kita mewaspadai periode dua minggu itu," kata Diah.
Gejala virus corona: Batuk, flu, demam hingga sesak nafas
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menjelaskan virus corona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya.
Diah mengatakan gejala ringan yaitu flu disertai batuk. Kemudian, jika memberat, akan menyebabkan demam dan infeksi radang tenggorokan.
Kemudian jika masuk ke saluran nafas, kata Diah akan menyebabkan bronkitis.
"Yang berat ketika semakin jauh infeksi ke saluran nafas bawah, itu Pneumonia lengkap. Selain itu, bisa juga disertai gejala infeksi virus ke organ lain, yaitu diare," katanya.
Apakah virus corona bisa disembuhkan?
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menegaskan bahwa semua virus corona, termasuk virus corona 2019-nCoV belum ada obatnya.
Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.
"Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan," katanya.
Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
"Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam," katanya.
Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.
Bagaimana penanganannya jika terkena virus corona?
Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.
Jika terduga masih menunjukan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.
Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat.
"Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya," kata Diah.
"Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi," ujar Diah.
Cara mencegah: jalani pola hidup sehat dan etika batuk
Diah menjelaskan terdapat beberapa cara untuk mencegah tertular virus corona ini.
Pertama adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan cara memberikan asupan makan yang sehat dan sempurna.
Lalu, katanya, istirahat cukup dan mengimbau perokok untuk berhenti merokok.
"Berada di cuaca sekarang ini (hujan), kita tidak perlu terlalu lama di keramaian," katanya.
Kemudian, kata Diah adalah selalu cuci tangan usai ke tempat umum atau menyentuh alat-alat publik karena berpotensi mengandung virus yang disentuh oleh pengidap virus corona.
Tidak lupa juga, kata Diah, untuk menggunakan masker saat di ruang publik.
"Lalu bagi yang sakit flu dan batuk, tanamkan etika batuk. Jadi ketika batuk ditutup dengan tisu. Lalu jangan meludah sembarangan, buang dahak sembarangan, juga hindari kerumunan dan lekas periksa ke dokter. Itu tips kita." katanya.
Apakah Indonesia memiliki fasilitas memadai?
Diah mengatakan Indonesia memiliki kemampuan dari kapasitas pencegahan dan pengendalian, hingga diagnosis virus dan terapi penanganan.
"Ada tiga RS, yaitu RS Persahabatan, Sulianti Saroso dan RSPAD. Semua memiliki kemampuan bahkan saat pasien mengalami kondisi pneumonia, ada alat-alat. Jadi kapasitas pelayanan kesehatan kita siap," katanya.
Katanya, fasilitas kesehatan telah memadai untuk melakukan terapi pendukung bagi korban terinfeksi virus corona.
"Dari pintu masuk penyaringan dengan thermo scanner, lalu evakuasi jika terindikasi dan isolasi. Jadi fasilitas kesehatan di Indonesia mampu," ujarnya.
Sosialisasi tentang virus corona belum memadai
Beberapa warga di Jakarta dan Bali yang dihubungi BBC mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dan memadai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
Jakarta dan Bali adalah dua kota besar yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara China baik untuk berwisata ataupun berbisnis.
Seorang warga Jakarta yang bernama Fuad mengatakan mengetahui virus corona dari media massa. Ia mengungkapkan belum mendengar sosialisasi dari pemerintah mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
"Jadi sementara waktu, saya dan keluarga akan menghindari tempat umum dan keramaian seperti mall karena hingga kita belum ada info pasti tentang langkah pencegahan supaya tidak terkena dan jika sudah terpapar," kata Fuad saat dihubungi BBC Indonesia, Jumat (24/01).
Senada dengan itu, beberapa warga Bali seperti Kadek dan Wayan Martadana mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dari pemerintah.
"Belum (ada info dari pemerintah), tidak tahu yang lainnya. Saya tahu hanya dari berita," kata Kadek.
Walaupun demikian, mereka tidak merasakan kekhwatiran seperti yang dirasakan Fuad.
Wayan menjelaskan saat ini situasi di Bali tetap berjalan normal, walaupun ada penurunan penyewaan mobil yang dilakukan oleh turis China di Bali.
"Belum Pak (ada sosialisasi). tidak sama sekali (khawatir)," kata Wayan.
Total korban: 26 meninggal di China
China telah memperluas karantina kota di provinsi Hubei - asal penyebaran virus corona - setelah jumlah korban jiwa mencapai 26 orang.
Setidaknya 10 kota di provinsi Hubei, yang dihuni 60 juta orang, telah menerapkan pembatasan perjalanan bagi warganya.
Di tingkat nasional, ada 830 kasus pasien terinfeksi virus corona yang telah dikonfirmasi.
Karantina kota diberlakukan menjelang imlek, yang merupakan salah satu perayaan terpenting di kalender China.
Jutaan orang umumnya mudik ke kampung halaman - tapi banyak dari mereka di provinsi Hubei yang tidak akan merayakan.
Pembatasan perjalanan yang diterapkan berbeda-beda di tiap kota - meski banyak kota yang sudah menghentikan layanan transportasi publik.
Di Wuhan, ibu kota Hubei - dan tempat di mana virus pertama muncul - semua bus, kereta bawah tanah, dan kapal feri, sudah dihentikan dan semua pesawat dan kereta dari Wuhan telah dibatalkan.
Warga diimbau untuk tidak meninggalkan kota dan beberapa jalanan telah ditutup.
Sumber: bbcindonesia
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar