Di seluruh wilayah Persemakmuran - negara-negara tempat Charles menjadi raja - perdebatan tentang apakah rakyat setempat ingin tetap menjadi bagian dari Kerajaan Inggris atau berubah menjadi republik terus berlangsung, meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda.
Liputan Indonesia || Inggris, - Dalam artikel ini, sejumlah koresponden BBC menjabarkan suasana hati warga d tiga negara tempat Raja Charles masih menjadi kepala negara - dan mengeksplorasi kemungkinan negara-negara tersebut berpisah dari kerajaan.
Saint Kitts dan Nevis
Oleh Celestina Olulode
Mata penonton terpaku pada lapangan dalam pertandingan kriket antara tim perempuan dari Pulau Saint Kitts melawan Nevis. Pengaruh Inggris Raya masih kuat di sini, sampai ke pilihan olahraga nasional.
Saint Kitts dan Nevis adalah negara kepulauan yang terletak di antara Samudera Atlantik dan Laut Karibia. Di sinilah kolonis Inggris pertama kali menetap di Karibia. Tetapi bahkan setelah hampir 40 tahun kemerdekaan, masih ada perdebatan tentang identitas negara ini, dan apakah ia perlu berubah menjadi republik.
Di bangku penonton, suara obrolan sesekali diinterupsi dengan sorak sorai dan saran yang diteriakkan kepada pemain. Saat jeda permainan saya bertanya kepada orang-orang tentang opini mereka.
Tidak banyak yang bersedia mengungkapkan pendapat, tapi mereka yang bersedia belum bisa memutuskan.
Sharlene Martin berkata ia butuh lebih banyak informasi namun mempertanyakan apa untungnya bila Raja Charles III menjadi kepala negara: "China dan Taiwan lebih banyak membantu kami daripada Inggris, jadi saya tidak tahu."
Menjelang matahari terbenam, saya pergi ke bar terdekat untuk bicara dengan warga lokal.
Manajer bar Julian Morton berkata topik ini adalah perkara kebanggaan nasional: "Menjadi republik menunjukkan bahwa kami telah siap. Jadi itu memberitahu dunia bahwa kami dapat menangani urusan kami sendiri."
Julian Morton
sini.
Setiap monumen di negara itu dipasangi lampu warna ungu dan akan dinyalakan pada Sabtu malam, tetapi acara untuk memperingati Penobatan tampaknya tidak akan begitu meriah.
Dan peliputan televisi acara tersebut akan terbatas — jauh dari perlakuan yang diterima pernikahan kerajaan dan pemakaman Ratu.
Kunjungan Charles dan Camilla ketika masih bergelar Duke dan Duchess of Cornwall ke Ottawa pada 2022.
Jajak pendapat terbaru oleh Angus Reid yang diterbitkan pada akhir April, mengindikasikan bahwa mayoritas rakyat Kanada - lebih dari setengah - tidak mau negara itu berlanjut sebagai monarki konstitusional selama beberapa generasi mendatang.
Dan dua dari lima responden mengatakan mereka tidak peduli dengan Penobatan yang akan datang.
Kekurangan antusiasme itu tercermin dalam perayaan sederhana yang direncanakan Kanada. Akan ada acara satu jam yang disiarkan di televisi, digelar di ibu kota Ottawa, dan monumen-monumen federal diterangi lampu hijau zamrud untuk menandai peristiwa tersebut.
Kenaikan tahta Raja tahun lalu hanya memicu perdebatan tentang ikatan negara tersebut dengan monarki.
Apalagi di Quebec, tempat institusi monarki dipandang lebih negatif daripada di wilayah-wilayah lain - sentimen yang berkaitan dengan sejarah provinsi tersebut sebagai wilayah berbahasa Prancis yang pernah dikuasai pemerintahan kolonial Inggris.
Desember lalu, Quebec mengesahkan undang-undang yang membuat janji setia kepada monarki opsional bagi anggota legislatif.
Tetapi semua itu tidak berarti Kanada akan bergabung dengan jajaran Barbados, Jamaika, atau Australia yang pernah - atau sedang - melakukan perdebatan secara formal tentang masa depan monarki.
Mengubah sistem saat ini akan membutuhkan persetujuan dari House of Commons dan Senat di parlemen, serta persetujuan bulat dari 10 provinsi - yang dipandang oleh sebagian besar ahli politik sebagai rintangan yang mustahil.
Penulis :red
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar