Dok, foto (ilustrasi) penerapan New Normal, masyarakat Korsel melakukan aktivitas |
Liputan Indonesia || Internasional - Bagi masyarakat umum, indikator berhasil tidaknya penerapan konsep new normal hanya satu saja tingkat penyebaran virus corona. Jika penyebaran virus corona makin rendah yang ditandai dengan turunnya jumlah pasien positif corona, atau setidaknya stabil, maka penerapan konsep new normal bisa dikatakan berhasil dan melindungi keselamatan masyarakat.
Kalau sebaliknya yang terjadi, tingkat penyebaran virus corona makin naik, berarti penerapan konsep new normal gagal dan membahayakan keselamatan masyarakat.
Yang paling berbahaya itu kalau sampai terjadi lonjakan luar biasa penularan virus corona pada daerah tempat uji coba konsep new normal, maka kompleksitas masalahnya bisa saja menjadi sangat tinggi, termasuk tingginya kompleksitas dalam politik ketata-negaraan Indonesia.
Lonjakan penyebaran virus corona di daerah yang melaksanakan konsep new normal dapat saja oleh beberapa pihak dihubung-hubungkan dengan azaz hukum tertinggi Salus populi suprema lex esto, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.
Di Negara lain, Korea Selatan telah berupaya meredam penyebaran Virus Corona COVID-19. Sejak bulan lalu, Korsel berhasil menekan kasus harian hingga di bawah 50 per hari, bahkan pernah nol kasus.
Tes Virus Corona yang dilakukan Korsel juga menjadi teladan bagi banyak negara. Tiap hari bisa lebih dari 15 ribu orang dites di Korsel, jumlah itu belum tercapai di Indonesia.
Keberhasilan itu membuat Korsel melonggarkan pembatasan sosial pada awal bulan ini, dan masuk ke periode new normal (normal baru): bisnis dan sekolah kembali beroperasi.
Lonjakan kasus tak disangka terjadi. Mulai dari kasus di klub malam Itaewon, di TK, dan kini di pusat logistik di kota Bucheon.
Dilaporkan kantor berita Yonhap, Kamis (28/5/2020), ada 82 kasus yang sudah dilacak dari fasilitas logistik Coupang di Bucheon. Alhasil, 4.159 orang terkait fasilitas itu harus ikut tes corona. Sejauh ini 2.854 orang hasilnya negatif.
"Sepertinya tindakan preventif melawan epidemi, seperti memakai masker atau libur ketika sakit, tidak dilaksanakan dengan patuh oleh pegawai-pegawai di fasilitas itu," ujar Menteri Kesehatan Park Neung-hoo.
Per 28 Mei, kasus harian di Korsel menyentuh 79, tertinggi dalam 53 hari.
Sebelum klaster Coupang, ada lagi kasus di Seoul ketika seorang guru menularkan Virus Corona ke anak 6 tahun. Puluhan murid dan orang tua akhirnya harus dites.
Hotspot COVID-19 tertinggi di Seoul adalah klaster klub Itaewon dengan total 131 kasus. Pemerintah Seoul akhirnya menutup seluruh klub malam di kotanya dan harus melacak ribuan pasien.
Berdasarkan data Korea CDC per 28 Mei, Korsel telah melakukan 868.666 tes Virus Corona. Dalam 24 jam, ada tambahan 15.970 tes.
Total kasus di Korsel mencapai 11.344, bertambah 79 kasus dalam 24 jam. Sementara, total sembuh ada 10.340 pasien.
Saat ini, ada 22.370 tes yang sedang dalam proses di Korsel. Total yang dites negatif secara keseluruhan mencapai 834.952.
Kasus di Daegu masih tertinggi, yakni 6.880 kasus. Kasus di Seoul dan Busan masing-masing mencapai 826 dan 145 kasus.
Klaster tertinggi di Seoul adalah klaster klub Itaewon. Tak hanya di Korsel, kasus klub Itaewon juga muncul di Busan, Byeonggi, dan beberapa daerah lain. (Tjan/*)
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar