Foto: Wakil ketua PSSI sekaligus Dirut PT LIB Cucu Somantri ketika memberikan keterangan pers. (Antara) |
Namun, pernyataan Cucu kembali dibantah. Kali ini, bantahan dilontarkan salah seorang petinggi LIB. Yakni, Direktur Operasional Sudjarno. Dia mengatakan, sebelum ada posting-an soal struktur LIB, Pradana sering mampir ke kantor Cucu di Menara Mandiri, Jakarta. ’’Saya tidak paham awalnya kapasitas dia sebagai apa. Saya pikir awalnya sebagai putra direktur utama. Baru kemudian hari saya dapat posting-an dia sebagai GM PT LIB,’’ ujarnya.
Sudjarno pun terkejut. Sebab, lambat laun Pradana ternyata ikut kegiatan LIB. Baik internal maupun eksternal. Sudjarno sempat mengomentari hal tersebut kepada Cucu. Seharusnya, penunjukan GM melalui rapat direksi. Sayang, saran Sudjarno tidak ditanggapi.
Bukan hanya Sudjarno, Direktur Keuangan LIB Anthony Chandra juga menegaskan bahwa saat ini seluruh karyawan LIB tahu peran Pradana. Menurut dia, Pradana juga mendapat fasilitas mewah sebagai GM. ’’Kami sebagai direktur keuangan memberi dia hotel, kendaraan pribadi, dan uang tugas untuk partisipasinya saat kickoff Liga 1 dan Liga 2. Termasuk uang parkir bulanan di kantor LIB kami juga yang membayar,’’ paparnya.
Keberadaan Pradana semakin menguatkan isu kentalnya nepotisme di tubuh PSSI saat ini. Sebab, sebelumnya Ketua Umum PSSI Moch. Iriawan juga menunjuk Maaike Ira Puspita sebagai Wasekjen. Ira merupakan adik ipar Iwan Bule, sapaan Moch. Iriawan. Pengangkatan Ira juga tidak melalui persetujuan Waketum dan exco.
Sinyal nepotisme itu sempat disuarakan salah seorang voters yang kecewa terhadap sikap Iwan Bule saat ini. Yakni, eks Manajer Madura FC Januar Herwanto. Dia menuturkan, masuknya anak Cucu di LIB tidak terlepas dari nepotisme Iwan Bule kepada adik iparnya. ’’Ternyata di era Iwan Bule pola dan bentuk yang ada justru mempertontonkan praktik nepotisme. Berawal dari adik iparnya, kini merambat ke anak Pak Cucu. Ya, jangan salahkan kalau itu terus terjadi,’’ ungkapnya.
Seharusnya, Iwan Bule membuktikan bahwa kehadirannya bisa menghapus nepotisme. ’’Semoga saja dalam pembentukan timnas tak berlaku pula sistem nepotisme. PSSI wajib terbuka. PSSI bukan milik keluarga atau kerabat petingginya saja,’’ tegas Januar.
Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni berpendapat lain. ’’Mungkin yang sebenarnya terjadi adalah kurangnya komunikasi saat situasi pandemi ini sehingga ada beberapa hal yang belum atau tidak sempat dibahas,’’ beber Kusnaeni.
Pria yang akrab disapa Bung Kus itu sejak awal kurang setuju saat Cucu menjabat Waketum PSSI sekaligus direktur utama LIB. Seharusnya, LIB diurus orang-orang profesional karena berkaitan dengan kompetisi. ’’Pimpinan PSSI cukup mengawasi sebagai komisaris,’’ tuturnya.
Menurut dia, akan lebih ideal ketika Ketum dan Waketum cukup berfokus untuk mengawal PSSI saja. Tidak seperti sekarang yang timpang-tindih kepentingan. ’’Segala persoalan dibahas bersama, dipecahkan bersama. Sehingga kepemimpinan PSSI benar-benar solid dan tidak terganjal masalah komunikasi,’’ terangnya.
Ketua Asprov PSSI DKI Jakarta Uden Kusuma Wijaya juga angkat bicara. Dia justru mempertanyakan sikap pihak yang tidak setuju dengan adanya anak Cucu di posisi GM. ’’Mungkin Pak Cucu memilih karena ada unsur kenyamanan. Toh kinerjanya sejauh ini tidak ada masalah. Kalua ada masalah, baru layak diperdebatkan,’’ katanya.
Sumber: Jawapos
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar