DEMAK Liputan Indonesia -- Babinsa Ramli 03/wonosalam Kopka Sukamto melaksanakan
pendampingan terhadap anak-anak Paud terpadu siwi Lestari Desa Trengguli
kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak.
Dalam memberikan pemahaman sederhana
sehingga anak mengerti dan mau belajar serta memotivasi dan memberikan contoh
menulis kepada anak, sehingga anak memiliki keberanian untuk mengerjakan tugas
dan Pengenalan Tentara Apa itu TNI serta Memberikan Kenyamanan bagi Anak-anak
agar lebih mengenal dengan TNI. (Selasa10 Mei 2016)
Anak-anak
di usia emas ini harusnya belajar pra keaksaraan dengan metode yang
menyenangkan. Anak-anak dalam masa golden age atau usia emas ini perlu mendapat
pengalaman belajar yang menyenangkan. Belajar yang lebih banyak bermain dan
perkenalan lingkungan sekitanya, bukannya belajar membaca menulis, menghitung
yang memerlukan pemahaman pelik bagi sang anak.
"Maksudnya tidak boleh itu adalah memaksa anak belajar membaca dan menghitung sebelum dia siap, karena akan menghasikan pengalaman negatif yang akan berpengaruh pada perkembangan anak di kemudian hari," ucap kopka Sukamto
"Maksudnya tidak boleh itu adalah memaksa anak belajar membaca dan menghitung sebelum dia siap, karena akan menghasikan pengalaman negatif yang akan berpengaruh pada perkembangan anak di kemudian hari," ucap kopka Sukamto
Di
kesempatan yang lain saat berbincang dengan kepala Paud terpadu siwi Lestari ibu Dra.Lestari, saat ini
banyak balita di PAUD sudah diajarkan calistung dengan cara yang kovensional
oleh gurunya. Calistung itu menurut Lestari, harusnya
diganti dengan belajar pra keaksaraan yang memang sesuai dengan kurikulum PAUD.
Jadi
menurutnya belajar di PAUD itu bukan seperti belajar di kelas-kelas SD, di mana
ada guru di depan dan mendikte anak untuk menulis atau membaca. Untuk anak di
usia balita ini harusnya belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak
memberikan beban.
"Intinya
yang boleh dilakukan mengajarkan lebih banyak kosa kata, mendongeng, membacakan
buku cerita yang kreatif dengan ekspresif jangan membaca datar," ucapnya.
"Yang
diajarkan adalah menghitung atau membaca bunyi tanpa makna. Misalnya seperti
cucu saya yang umurnya 2 tahun, dia bisa menghitung 1 sampai 5 tapi tidak
diajarkan 2x2," tambahnya.
Jika anak belajar dengan suasana yang tak menyenangkan maka akan berdampak psikologis saat mereka dewasa. Mereka akan bosan dan tidak suka membaca ataupun menulis.
"90
persen otak anak tumbuh itu sebelum 5 tahun, di usia itu kita memberikan
pengalaman-pengalaman yang mennyenangkan. Bahagiakan anak-anak di masa
itu," kata Pendim 0716/Demak. (Tim).