Surabaya, LiputanIndonesia.co.id - Wali Kota Tri Rismaharini didampingi Wawali Whisnu Sakti Buana, Langsung bekerja bersama Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi dan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Chalid Buchari.
Warga Surabaya dihimbau untuk mengurangi dan tidak menggunakan bahan terbuat dari plastik semaksimal mungkin. Salah satu cara adalah dengan membawa tas kantong sendiri (reusable bag) atau tas berbahan kain ketika berbelanja.
Menurut Walikota, pengunaan plastik sekarang ini sudah sangat tinggi sementara sampah plastik sangat sulit terurai.
Dibutuhkan waktu 100 tahunan agar sampah plastik terurai.
Himbauan ini disampaikan Wali Kota Surabaya yang baru dilantik yaitu Tri Rismaharini di Taman Bungkul, Minggu (21/02/2016).
Setelah melakukan teleconference dengan Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya bertepatan dengan launching gerakan Indonesia Bersih sampah 2020.
Dan juga mengajak beberapa masyarakat dan pelajar yang peduli sampah serta kootdinasi dengan komunitas Tunas Hijau yang berada di Surabaya.
Saat Obrolan melalui teleconference bersama Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Wali Kota Tri Rismaharini menuturkan bahwa warga di Surabaya, termasuk anak sekolah, dan semua elemen masyarakat, selama ini sudah melakukan pengelolaan lingkungan dan daur ulang sampah, dalam hal ini akan terus dikembangkan, mengingat sampah menjadi acuan untuk mencarikan solusi terus menerus.
“Bersama anak-anak, dan semua elemen masyarakat sampah plastik didaur ulang, digunakan sebagai aksesoris, hiasan rumah dan baju daur ulang yang dipakai saat pagi ini,” kata Walikota Surabaya.
Mendengar obrolan itu, Menteri LH, Siti Nurbaya mengungkapkan, Surabaya dan Wali Kota Tri Rismaharini selama ini telah memiliki reputasi bagus dalam hal pengelolaan lingkungan hidup dan terkait masalah sampah. Namun, dia meyakini, Surabaya akan mampu menjadi kota terdepan dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.
“Masyarakat Surabaya tahu, Tri Rismaharini adalah ibu lingkungan hidup.
Dan Kami percaya Surabaya dengan inovasi dari Walikota yang baru dilantik ini dan kerja keras warga surabaya serta kreativitas anak-anak, dan dibantu warga yang peduli, akan bisa lebih menjaga bersih dari sampah,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup.
Jika Lewat Plastik Berbayar, Belanja Bawa Tas Sendiri tidak, sebenarnya sudah mulai tahun lalu dikampanyekan oleh Pemkot Surabaya.Melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, kampanye tersebut rutin digelar di Car Free Day, tapi masih belum terealisasikan, baru sekarang bisa terwujud.
“Kami berharap BLH kampanye anti plastik karena kami melihat penggunaan plastik sudah luar biasa. Kalau tidak ada gerakan yang massif, maka kami akan kesulitan mengendalikan, karena plastik terurainya 100 tahun.
Kita semua harus melakukan tindakan nyata, agar berkurangnya bahan yang menggunakan plastik, kami sepakat mengurangi penggunaan plastik semaksimal mungkin,” jelas wali kota yang pernah menjabat kepala dinas kebersihan dan pertamanan (DKP) Surabaya ini.
Mengingat Surabaya menjadi satu dari 22 kota di Indonesia yang akan menerapkan “plastik berbayar”. Artinya, jika kita membeli barang di supermarket atau minimarket, maka kita harus mengeluarkan uang lagi jika ingin memakai kantong plastik.
Kami bertujuan agar memunculkan kesadaran dan tidak terus-terusan membuang “nyampah” plastik. Agar membawa kantung sendiri dari rumah saat berbelanja. Untuk di Surabaya, harga per plastik adalah Rp 200.
Poin pentingnya sebenarnya bukan pada murah atau mahal. Tetapi untuk melatih disiplin warga agar tidak memakai kantung plastik. Risma meyakini, gerakan masif untuk mengurangi sampah plastik itu, akan berhasil di Surabaya.
“Sebenarnya yang terpenting adalah pesannya. Bukan soal murah atau mahal. Saya yakin warga Surabaya cerdas. Kalau tidak, kotanya nggak bisa seperti ini. Saya kalau beli (belanja), nggak mau plastik.
Saya lepas saya kasihkan lagi ke dia. Saya bawa tas sendiri. Minimal pemakaian plastik berkurang di saya. Dan saya yakin, masyarakat Surabaya pasti bisa,” pungkas Risma.(BJ/one)