Dunia, Liputan Indonesia - Wanita tua berusia 92 tahun itu hidup di dalam kandang babi berukuran 10 meter persegi dan tidur di dipan kayu, sebagaimana dilaporkan harian Southern Morning Post yang berbasis di kawasan Guangxi, Cina.
Foto diatas yang menampilkan seorang perempuan tua bertubuh kurus dan meringkuk di kandang babi telah mengguncang media sosial di Cina.
Keberadaan perempuan bermarga Yang tersebut memicu perdebatan. Surat kabar Southern Morning Post melaporkan putra dan menantu perempuan menempatkan Yang di kandang babi atas kemauannya sendiri karena dia merasa "telah memberi beban besar dan dia khawatir membuat rumahnya bau".
Polisi kini menjadikan putra dan menantu perempuan Yang sebagai tersangka perlakuan buruk. Namun, jika ternyata Yang berada di kandang babi atas kemauan sendiri, mereka mungkin bisa terlepas dari jerat hukum.
'Kok Anda tega?'
Akan tetapi keterangan putra Yang tidak serta-merta dipercayai pengguna media sosial Cina. Apalagi setelah kondisi Yang terungkap oleh seorang perempuan di daerah tempat tinggalnya. Perempuan dengan nama sandi 'Nan Gualan Cantik' itu mengunggah video tentang kondisi Yang di laman Cina, Miaopai. Video itu menunjukkan Yang sedang duduk dekat pintu kandang.
"Kok Anda tega membiarkan dia tinggal di sana? Dan tidak memberikan dia makan?" tanya perempuan penggunggah video.
Reaksi dari pengguna media sosial Cina pun bermunculan.
Pada 2050, lebih dari seperempat populasi Cina akan berusia 65 tahun.
Sejak diunggah pada 6 Januari lalu, video tersebut telah disaksikan 1,8 juta kali dan banyak dari pemirsa menumpahkan amarah mereka melalui media sosial Sina Weibo.
Kemarahan pengguna media sosial kian menjadi setelah Southern Morning Post merilis foto-foto Yang pada edisi 10 Januari yang menampilkan tubuh Yang dalam pemeriksaan medis.
Nenek 92Tahun di Kandang Babi seraya menyebut putra Yang dan menantu perempuannya sebagai "binatang" yang harus "dibalas".
Kini, sebagaimana dilaporkan surat kabar tersebut, pihak rumah sakit tengah merawat Yang dan penduduk di daerah sekitar rumah Yang berupaya membantu dengan menyediakan alas tidur dan pakaian.
"Saya akan pergi bekerja" - Li Shengli tidak ingin "membebani" putrinya.
Bukan kasus pertama
Kondisi yang dialami Yang bukanlah kejadian pertama di Cina.
Dalam beberapa bulan terakhir, kisah-kisah serupa menyoroti nasib kaum jompo di Cina yang ditelantarkan anak-anak mereka.
Pada November, puluhan ribu pengguna media sosial marah setelah muncul video dari Provinsi Henan yang menunjukkan pria berusia 62 tahun mengais sampah dan menyantap sisa-sisa makanan restoran agar tidak membuat putrinya terbeban.
Seperti yang dikutip dari BBC Indonesia, Wang Guiying, 70, menjual sayur mayur di Jinan untuk membantu putranya mengumpulkan uang demi membeli rumah.
Pada bulan yang sama, pengguna media sosial Cina memperbincangkan kasus perempuan berusia 70 tahun di Jinan, sebelah utara Provinsi Shandong, yang menjual sayur mayur saat suhu mencapai di bawah nol derajat Celsius pada malam hari supaya putranya bisa mengumpulkan uang dan membeli rumah.
Salah satu pengguna medsos, bernama sandi 'Keetop', mengatakan bahwa kasus-kasus tersebut memperlihatkan bagaimana "masyarakat telah menjadi abnormal".
Foto diatas yang menampilkan seorang perempuan tua bertubuh kurus dan meringkuk di kandang babi telah mengguncang media sosial di Cina.
Keberadaan perempuan bermarga Yang tersebut memicu perdebatan. Surat kabar Southern Morning Post melaporkan putra dan menantu perempuan menempatkan Yang di kandang babi atas kemauannya sendiri karena dia merasa "telah memberi beban besar dan dia khawatir membuat rumahnya bau".
Polisi kini menjadikan putra dan menantu perempuan Yang sebagai tersangka perlakuan buruk. Namun, jika ternyata Yang berada di kandang babi atas kemauan sendiri, mereka mungkin bisa terlepas dari jerat hukum.
'Kok Anda tega?'
Akan tetapi keterangan putra Yang tidak serta-merta dipercayai pengguna media sosial Cina. Apalagi setelah kondisi Yang terungkap oleh seorang perempuan di daerah tempat tinggalnya. Perempuan dengan nama sandi 'Nan Gualan Cantik' itu mengunggah video tentang kondisi Yang di laman Cina, Miaopai. Video itu menunjukkan Yang sedang duduk dekat pintu kandang.
"Kok Anda tega membiarkan dia tinggal di sana? Dan tidak memberikan dia makan?" tanya perempuan penggunggah video.
Reaksi dari pengguna media sosial Cina pun bermunculan.
Pada 2050, lebih dari seperempat populasi Cina akan berusia 65 tahun.
Sejak diunggah pada 6 Januari lalu, video tersebut telah disaksikan 1,8 juta kali dan banyak dari pemirsa menumpahkan amarah mereka melalui media sosial Sina Weibo.
Kemarahan pengguna media sosial kian menjadi setelah Southern Morning Post merilis foto-foto Yang pada edisi 10 Januari yang menampilkan tubuh Yang dalam pemeriksaan medis.
Nenek 92Tahun di Kandang Babi seraya menyebut putra Yang dan menantu perempuannya sebagai "binatang" yang harus "dibalas".
Kini, sebagaimana dilaporkan surat kabar tersebut, pihak rumah sakit tengah merawat Yang dan penduduk di daerah sekitar rumah Yang berupaya membantu dengan menyediakan alas tidur dan pakaian.
"Saya akan pergi bekerja" - Li Shengli tidak ingin "membebani" putrinya.
Bukan kasus pertama
Kondisi yang dialami Yang bukanlah kejadian pertama di Cina.
Dalam beberapa bulan terakhir, kisah-kisah serupa menyoroti nasib kaum jompo di Cina yang ditelantarkan anak-anak mereka.
Pada November, puluhan ribu pengguna media sosial marah setelah muncul video dari Provinsi Henan yang menunjukkan pria berusia 62 tahun mengais sampah dan menyantap sisa-sisa makanan restoran agar tidak membuat putrinya terbeban.
Seperti yang dikutip dari BBC Indonesia, Wang Guiying, 70, menjual sayur mayur di Jinan untuk membantu putranya mengumpulkan uang demi membeli rumah.
Pada bulan yang sama, pengguna media sosial Cina memperbincangkan kasus perempuan berusia 70 tahun di Jinan, sebelah utara Provinsi Shandong, yang menjual sayur mayur saat suhu mencapai di bawah nol derajat Celsius pada malam hari supaya putranya bisa mengumpulkan uang dan membeli rumah.
Salah satu pengguna medsos, bernama sandi 'Keetop', mengatakan bahwa kasus-kasus tersebut memperlihatkan bagaimana "masyarakat telah menjadi abnormal".
Penulis: (one)
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar